Ekspedisi Singgalang I di Dharmasraya, Hadiah Purnama dari Langit
DHARMASRAYA—
Malam ini, meski bukan purnama, tapi bulan bulat penuh, seolah-olah
kami diberi hadiah oleh langit yang mahaluas. Candi Padang Roco (Padang
Arca) di Jorong Sungai Langsek, Dharmasraya, bermandikan cahaya, sepi
dan sendirian. Ingin rasanya kami bermain kelereng di bawah temaram.
Tapi, kelereng tidak ada pula. Sudahlah, ini adalah malam yang indah.
Cahaya rembulan berpender jinak di atas aliran Batang Hari. Di sini, di
tempat kami berada, sepertinya kesunyian ingin bersemayam berjalin
berkulindam dengan bintang di langit.
Ini hari ketiga Tim Ekspedisi Singgalang I berada di tepian Batang
Hari, Dharmasraya. Berada di kampung terpencil, jauh dari gemerlap
perkotaan dan dipisahkan sungai terpanjang di Sumatra, candi yang telah
berumur delapan abad lebih, tetap berdiri gagah. Segagah sejarah yang
pernah mengitarinya. Candi itu, terpajang elok, tak lapuk dimakan usia.
Malam kemarin bangunan masa lampau tersebut, seperti sedang menancapkan
sejarah ke bumi lalu menyapa setiap yang lewat di sana. Bangunan candi
terdiri tiga buah bangunan. Satu besar, dua candi lainnya berukuran
lebih kecil.
Pamalayu
Memasuki lokasi percandian, kita serasa kembali ke abad 12. Membayangkan
para abdi istana Kerajaan Hindu Dharmasraya melakukan ritual keagamaan
mereka. Kawasan ini dulunya tempat suci. Kami, teringat Ekspedisi
Pamalayu yang bersejarah itu. Cerita lebih luas soal ini telah diungkap
oleh Rusli Amran dalam bukunya, “Sumatra Barat Hingga Plakat Panjang.”
Ekspedisi Pamalayu adalah sebuah operasi militer yang dilakukan Kerajaan
Singhasari terhadap Pulau Sumatra pada tahun 1275-1293.
Pada tahun 1286 Kertanagara mengirim arca Amoghapasa untuk ditempatkan
di Dharmasraya. Prasasti Padangroco menyebutkan, arca tersebut adalah
hadiah persahabatan dari Maharajadhiraja Kertanagara untuk Maharaja
Tribhuwanaraja di Dharmasraya.
Prasasti Padangroco juga menyebutkan, arca Amoghapasa diberangkatkan
dari Jawa menuju Sumatra dengan dikawal 14 orang, di antaranya ialah
Rakryan Mahamantri Dyah Adwayabrahma, Rakryan Sirikan Dyah Sugatabrahma,
Payaman Hyang Dipangkaradasa, dan Rakryan Demung Mpu Wira. Kami berada
di lokasi candi. Kompleks candi cukup luas juga, empat sampai 6 kali
lapangan bola. Terlihat beberapa parit yang cukup lebar dan dalamnya
lebih dari satu meter. Banyak ahli menduga, di sinilah pusat Kerajaan
Dharmasraya itu. Jika benar, tentu dari sini, dari bukit di sini,
pulalah tiap hari, dipantau air Batang Hari yang mengalir tenang, sebuah
sungai yang menjadi ‘jalan tol’ masa silam. Sungai yang menjadi jalur
sutera, sungai yang mencatat pragmen kehidupan anak manusia dari abad ke
abad.
Dipugar
Saat ini, kawasan candi telah dipugar. Masing-masingnya diberi pagar
besi dan atap. Agar peninggalan sejarah itu tetap terjaga. Di samping
keberadaan candi itu, di daerah ini juga pernah ditemukan berbagai arca.
Di antaranya, arca Amongapasha. Tapi, patung yang disebut-sebut
duplikat Adityawarman itu, kini sudah tidak ada lagi. Sudah dibawa ke
Jakarta dan disemayamkan di Museum Nasional atau yang dikenal dengan
Museum Gajah.
Patung itu, tingginya 4,41 meter dan berat 4 ton. Kabarnya,
sebagaimana dituturkan penduduk berdiri kukuh di atas bukit menghadap ke
timur. Pada 1935, Belanda memboyongnya ke Bukittinggi. Sebuah sejarah
besar pernah hadir di sini. Meski selama ini daerah ini masih kurang
dikenal, tapi masyarakat sekitar meyakini, beberapa tahun ke depan
daerah mereka akan ramai dikunjungi. Terutama untuk wisata sejarah. Wali
Jorong Sungai Lansek, Bachtiar, Jumat (13/2), menyebut, arah untuk itu
mulai terlihat. Atas prakarsa pemerintah setempat yang mulai membuka
akses informasi dan transportasi ke Sungai Lansek.
“Tiang dan kabel listrik sudah terpasang. Jalan baru pun sudah hamper selesai,” katanya.
Meski kedua hal itu belum bisa mereka gunakan, bagi Bachtiar dan
warganya cukup menjadikan itu sebuah harapan. Dibandingkan sebelum
pemekaran, Sungai Lansek saat ini cukup banyak mengalami kemajuan.
Komplek Candi Roco sendiri, mulai banyak dikunjungi orang. Namun mereka
yang datang itu, masih sekedar singgah. Sehingga belum banyak
memberikan kontribusi berarti bagi masyarakat sekitar.
Padahal candi dan peninggalan cagar budaya lainya apa bila dibenahi
lebih maksimal serta dikelola secara profesonal akan dapat menjadi
potensi yang cukup besar bagi peningkatan perekonomian masyarakat dan
juga dapat mendatangkan divisa bagi pendapatan daerah. Misalnya
melakukan pembenahan dengan memperluas komplek candi, serta melengkapi
berbagai sarana dan prasarana pendukung seperti, toilet, serta
transportasi ke lokasi itu Kemudian melengkapi dengan pergelaran dan
pementasan kesenian dan budaya Sumatra Barat sehingga dengan lengkapnya
sarana dan prasarana serta adanya pergelaran dan pergelaran kesenian itu
akan mengundang daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal maupun
mancanegara ke lokasi objek wisata tersebut.
Dengan semakin banyaknya wisatawan yang datang akan banyak membuka
lapangan kerja bagi masyarakat, misalnya masyarakat dapat membuka usaha
berjualan makanan dan berbagai suvenir. Selain itu, kontribusi untuk PAD
bagi Dharmasraya juga dapat di peroleh melalui penjualan karcis masuk.
Menurut Bahtiar, peluang itu nampaknya sudah dapat ditangkap oleh Bupati
Dharmasraya, H.Marlon Martua DT Rangkayo Mulieh, ketika ia berkunjung
ke daerah itu saat HUT Kabupaten Dharmasraya awal tahun lalu menyatakan,
Candi Padang Rocok akan berubah dan situs sejarah tersebut akan
memberikan dampak cukup besar terhadap masyarakat. Baik secara ekonomi,
sosial maupun pembangunan dan pendidikan.
“Bupati akan memugar candi ini. Pembebasan lahan warga sudah mulai
disosialisasikan pada warga,” katanya. Dikatakannya, masyarakat Sungai
Lansek sangat mendukung upaya bupati tersebut. Tentang pembebasan lahan,
tidak masalah. Pemilik lahan tidak keberatan, asal sesuai dengan aturan
dan prosedur berlaku. “Kalau bisa, selain memugar candi, juga dibuatkan
duplikat arca Amongapasha yang dulunya terdapat di sini dan sekarang di
museum Nasional Jakarta. Sehingga pengunjung juga bisa melihat
bentuknya langsung dari ‘tempat asalnya’,” katanya.tim
(Sumber: http://www.hariansinggalang.co.id)
Salam hangat dari Tim Ekspedisi Candi Indonesia, http://ekspedisicandi.com/
BalasHapus